umur alam semesta

Ada yang mencoba, menghitung Umur Semesta. Namun, bukan melalui penelitian selama bertahun-tahun. Akan tetapi, hanya cukup dengan beberapa ayat di dalam Al-Qur'an Umur semesta diperoleh angka 18,26 milyar tahun. Berikut prhitungannya :
1. Umur alam dunia tidak lebih dari 1 hari
Berdasarkan informasi Al-Qur'an keberadaan alam dunia tidak lebih dari 1 hari.
“Kami lebih mengetahui apa yang akan mereka katakan, ketika orang yang paling lurus jalannya mengatakan, ‘Kami tinggal (di dunia) tidak lebih dari sehari saja.’.” (QS. Thaha ayat 104)
2. Sehari langit = 1000 tahun manusia
Sehari langit sama artinya dengan 1.000 tahun perhitungan manusia.
“Dan mereka meminta kepadamu (Muhammad ) agar adzab itu disegerakan, padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Dan sesungguhnya di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. Al-Hajj ayat 47)
3. Sehari kadarnya 50.000 tahun
“Para malaikat dan Jibril naik, (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun.” (QS. Ma’arij ayat 4.)
Bila 1 tahun manusia adalah 365,2422 hari, maka sehari langit diperoleh : 365,2422 x 50.000 x 1.000 x 1 diperoleh 18,26 milyar tahun. Sebuah perhitungan matematika yang sangat canggih!
Ternyata paparan itu dibuktikan oleh pendapat Moh. Asadi dalam bukunya The Grand Unifying Theory of Everything. Dia menyatakan kalau umur alam semesta itu 17—20 milyar tahun. Sementara, Profesor Jean Claude Batelere bilang kalau umur semesta itu kisarannya ada di 18 milyar tahun. Terus ditambah dengan teori Nasa yang mengeluarkan data umur semesta itu ada di kisaran 12—18 milyar tahun.
Para ilmuwan dengan segala peralatan canggihnya dan ilmu ’tingginya’ berusaha menguak berapa umur semesta. Ternyata sebenarnya di dalam Al Qur’an sudah tertera dengan begitu jelasnya tentang misteri itu.

UMUR KITA TERNYATA CUMA 1,5 JAM MENURUT PERHITUNGAN WAKTU AKHIRAT


Allah ta’ala berfirman dalam al-Qur'an
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al ‘Ashr).
Surat Al ‘Ashr merupakan sebuah surat dalam Al Qur’an yang banyak dihafal oleh kaum muslimin karena pendek dan mudah dihafal. Namun sayangnya, sangat sedikit di antara kaum muslimin yang dapat memahaminya. Padahal, meskipun surat ini pendek, akan tetapi memiliki kandungan makna yang sangat dalam. Sampai-sampai Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata,
لَوْ تَدَبَّرَ النَّاسُ هَذِهِ السُّوْرَةَ لَوَسَعَتْهُمْ
”Seandainya setiap manusia merenungkan surat ini, niscaya hal itu akan mencukupi untuk mereka.” [Tafsir Ibnu Katsir 8/499].
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, ”Maksud perkataan Imam Syafi’i adalah surat ini telah cukup bagi manusia untuk mendorong mereka agar memegang teguh agama Allah dengan beriman, beramal sholih, berdakwah kepada Allah, dan bersabar atas semua itu. Beliau tidak bermaksud bahwa manusia cukup merenungkan surat ini tanpa mengamalkan seluruh syari’at. Karena seorang yang berakal apabila mendengar atau membaca surat ini, maka ia pasti akan berusaha untuk membebaskan dirinya dari kerugian dengan cara menghiasi diri dengan empat kriteria yang tersebut dalam surat ini, yaitu beriman, beramal shalih, saling menasehati agar menegakkan kebenaran (berdakwah) dan saling menasehati agar bersabar” [Syarh Tsalatsatul Ushul].
Mari kita kaji bersama tentang pendapat  Imam Asy Syafi’i rahimahullah coba  kita renungkan apa tujuan utama kita hidup di dunia dan berapa lama Allah SWT memberi kita waktu untuk mencapai tujuan tersebut ? jangan lupa Sobat, Allah SWT menciptakan manusia semata-mata hanya untuk beribadah kepada-Nya.
"Dan Tidaklah Aku Menciptakan Jin dan Manusia Kecuali untuk Beribadah Kepada-Ku" (Adz Dzariyat : 56)
Apakah anda pernah membandingkan lama kehidupan di dunia dengan kehidupan akhirat ? pernahkah anda menghitung sebenarnya berapa lama waktu kita beribadah pada Allah SWT jika dibandingkan dengan kehidupan di akhirat ?
Misalkan kita buat rata-rata umur hidup manusia di dunia adalah 63 tahun.
Kemudian kita perhatikan Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya sehari di sisi Tuhan-mu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (Qs. Al-Hajj [22]:47) “
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian urusan itu naik kepada-Nya pada satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (dan dunia pun musnah).” (Qs. Al-Sajdah [32]:5);
Berdasarkan ayat di atas bahwa 1 hari di akhirat = 1000 tahun di dunia, sekarang mari kita hitung.
1000 tahun (dunia) = 1 hari (akhirat)
1000 tahun (dunia) = 24 jam (akhirat)
1 tahun (dunia) = 24/1000 = 0,024 jam (akhirat)
Jadi bila umur manusia rata-rata 63 tahun maka menurut waktu akhirat adalah 63 x 0,024 = 1,5 jam (akhirat)
Jadi Sobat, Allah SWT memberi kita umur didunia ini rata-rata hanya 1,5 jam waktu akhirat. Pantaslah banyak Firman Allah SWT yang selalu mengingatkan kita masalah waktu seperti dalam surat Al-'Ashr diatas.
Ternyata hanya satu setengah jam saja yang akan menentukan kehidupan abadi kita kelak, hendak di Surga atau Neraka. (QS. 35:15, 4:170)
Cuma satu setengah jam saja cobaan hidup, maka bersabarlah. (QS. 74:7, 52:48, 39:1­0)
Demikian juga hanya satu setengah jam saja kita harus menahan nafsu dan mengganti dengan sunnah-Nya. (QS. 12:53, 33:38)
"Satu Setengah Jam" sebuah perjuangan yang teramat singkat dan Allah akan mengganti dengan surga Ridha Allah. (QS. 9:72, 98:8, 4:114)
Maka berjuanglah untuk mencari bekal perjalanan panjang nanti. (QS. 59:18, 42:20, 3:148, 28:77)
Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui." (QS. 23:114)
Kemudian berapa lama waktu yang kita gunakan untuk beribadah kepada Allah SWT ?
Kita ambil contoh dalam sehari semalam kita sholat 5 waktu x 10 menit tiap-tiap sholat, maka dalam 24 jam kita hanya menggunakan waktu untuk sholat selama 50 menit.
Bila dikalikan setahun = 50 menit x 365 = 18.250 menit, bila
umur kita 63 tahun maka = 18.250 x 63
= 1.149.750 menit / 60
= 19.162 jam / 24
= 798 hari / 365
= 2 tahun
Jadi dari 63 tahun hidup kita di dunia hanya 2 tahun digunakan untuk beribadah (sholat).
Bila menggunakan perhitungan akhirat = 2 x 0,024 = 0,048 jam waktu akhirat atau setara dengan 2,8 menit.
Untuk mendapatkan surga yang kekal abadi di akhirat kita hanya menggunakan waktu selama 2,8 menit untuk beribadah kepada Allah SWT, pantaskah ?
Untuk itu Sobat, mari kita gunakan waktu yang sangat singkat ini untuk beribadah dan melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk bekal kehidupan yang abadi di akhirat kelak. Semoga Allah SWT membimbing kita menuju Ridho-Nya, Aamiin Ya Robbal 'Alamiin.

Imam Ibnu Athaillah

Hikam
SEBAHAGIAN DARIPADA TANDA BERSANDAR KEPADA AMAL (PERBUATAN ZAHIR) ADALAH BERKURANGAN HARAPANNYA (SUASANA HATI) TATKALA BERLAKU PADANYA KESALAHAN. Imam Ibnu Athaillah memulakan Kalam Hikmat beliau dengan mengajak kita merenung kepada hakikat amal. Amal boleh dibahagikan kepada dua jenis iaitu perbuatan zahir dan perbuatan hati atau suasana hati berhubung dengan perbuatan zahir itu. Beberapa orang boleh melakukan perbuatan zahir yang serupa tetapi suasana hati berhubung dengan perbuatan zahir itu tidak serupa. Kesan amalan zahir kepada hati berbeza antara seorang dengan seorang yang lain. Jika amalan zahir itu mempengaruhi suasana hati, maka hati itu dikatakan bersandar kepada amalan zahir. Jika hati dipengaruhi juga oleh amalan hati, maka hati itu dikatakan bersandar juga kepada amal, sekalipun ianya amalan batin. Hati yang bebas daripada bersandar kepada amal sama ada amal zahir atau amal batin adalah hati yang menghadap kepada Allah s.w.t dan meletakkan pergantungan kepada-Nya tanpa membawa sebarang amal, zahir atau batin, serta menyerah sepenuhnya kepada Allah s.w.t tanpa sebarang takwil atau tuntutan. Hati yang demikian tidak menjadikan amalnya, zahir dan batin, walau berapa banyak sekalipun, sebagai alat untuk tawar menawar dengan Tuhan bagi mendapatkan sesuatu. Amalan tidak menjadi perantaraan di antaranya dengan Tuhannya. Orang yang seperti ini tidak membataskan kekuasaan dan kemurahan Tuhan untuk tunduk kepada perbuatan manusia. Allah s.w.t Yang Maha Berdiri Dengan Sendiri berbuat sesuatu menurut kehendak-Nya tanpa dipengaruhi oleh sesiapa dan sesuatu. Apa sahaja yang mengenai Allah s.w.t adalah mutlak, tiada had, sempadan dan perbatasan. Oleh kerana itu orang arif tidak menjadikan amalan sebagai sempadan yang mengongkong ketuhanan Allah s.w.t atau ‘memaksa’ Allah s.w.t berbuat sesuatu menurut perbuatan makhluk. Perbuatan Allah s.w.t berada di hadapan dan perbuatan makhluk di belakang. Tidak pernah terjadi Allah s.w.t mengikuti perkataan dan perbuatan seseorang atau sesuatu.Sebelum menjadi seorang yang arif, hati manusia memang berhubung rapat dengan amalan dirinya, baik yang zahir mahu pun yang batin. Manusia yang kuat bersandar kepada amalan zahir adalah mereka yang mencari faedah keduniaan dan mereka yang kuat bersandar kepada amalan batin adalah yang mencari faedah akhirat. Kedua-dua jenis manusia tersebut berkepercayaan bahawa amalannya menentukan apa yang mereka akan perolehi baik di dunia dan juga di akhirat. Kepercayaan yang demikian kadang-kadang membuat manusia hilang atau kurang pergantungan dengan Tuhan. Pergantungan mereka hanyalah kepada amalan semata-mata ataupun jika mereka bergantung kepada Allah s.w.t, pergantungan itu bercampur dengan keraguan. Seseorang manusia boleh memeriksa diri sendiri apakah kuat atau lemah pergantungannya kepada Allah s.w.t. Kalam Hikmat 1 yang dikeluarkan oleh Ibnu Athaillah memberi petunjuk mengenainya. Lihatlah kepada hati apabila kita terperosok ke dalam perbuatan maksiat atau dosa. Jika kesalahan yang demikian membuat kita berputus asa daripada rahmat dan pertolongan Allah s.w.t itu tandanya pergantungan kita kepada-Nya sangat lemah. Firman-Nya:
“Wahai anak-anakku! Pergilah dan intiplah khabar berita mengenai Yusuf dan saudaranya (Bunyamin), dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat serta pertolongan Allah. Sesungguhnya tidak berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah melainkan kaum yang kafir ”. ( Ayat 87 : Surah Yusuf )

Ayat di atas menceritakan bahawa orang yang beriman kepada Allah s.w.t meletakkan pergantungan kepada-Nya walau dalam keadaan bagaimana sekali pun. Pergantungan kepada Allah s.w.t membuat hati tidak berputus asa dalam menghadapi dugaan hidup. Kadang-kadang apa yang diingini, dirancangkan dan diusahakan tidak mendatangkan hasil yang diharapkan. Kegagalan mendapatkan sesuatu yang diingini bukan bermakna tidak menerima pemberian Allah s.w.t. Selagi seseorang itu beriman dan bergantung kepada-Nya selagi itulah Dia melimpahkan rahmat-Nya. Kegagalan memperolehi apa yang dihajatkan bukan bermakna tidak mendapat rahmat Allah s.w.t. Apa juga yang Allah s.w.t lakukan kepada orang yang beriman pasti terdapat rahmat-Nya, walaupun dalam soal tidak menyampaikan hajatnya. Keyakinan terhadap yang demikian menjadikan orang yang beriman tabah menghadapi ujian hidup, tidak sekali-kali berputus asa. Mereka yakin bahawa apabila mereka sandarkan segala perkara kepada Allah s.w.t, maka apa juga amal kebaikan yang mereka lakukan tidak akan menjadi sia-sia.
Orang yang tidak beriman kepada Allah s.w.t berada dalam situasi yang berbeza. Pergantungan mereka hanya tertuju kepada amalan mereka, yang terkandung di dalamnya ilmu dan usaha. Apabila mereka mengadakan sesuatu usaha berdasarkan kebolehan dan pengetahuan yang mereka ada, mereka mengharapkan akan mendapat hasil yang setimpal. Jika ilmu dan usaha (termasuklah pertolongan orang lain) gagal mendatangkan hasil, mereka tidak mempunyai tempat bersandar lagi. Jadilah mereka orang yang berputus asa. Mereka tidak dapat melihat hikmat kebijaksanaan Allah s.w.t mengatur perjalanan takdir dan mereka tidak mendapat rahmat dari-Nya.
Jika orang kafir tidak bersandar kepada Allah s.w.t dan mudah berputus asa, di kalangan sebahagian orang Islam juga ada yang demikian, bergantung setakat mana sifatnya menyerupai sifat orang kafir. Orang yang seperti ini melakukan amalan kerana kepentingan diri sendiri, bukan kerana Allah s.w.t. Orang ini mungkin mengharapkan dengan amalannya itu dia dapat mengecapi kemakmuran hidup di dunia.Dia mengharapkan semoga amal kebajikan yang dilakukannya dapat mengeluarkan hasil dalam bentuk bertambah rezekinya, kedudukannya atau pangkatnya, orang lain semakin menghormatinya dan dia juga dihindarkan daripada bala penyakit, kemiskinan dan sebagainya. Bertambah banyak amal kebaikan yang dilakukannya bertambah besarlah harapan dan keyakinannya tentang kesejahteraan hidupnya.
Sebahagian kaum muslimin yang lain mengaitkan amal kebaikan dengan kemuliaan hidup di akhirat. Mereka memandang amal salih sebagai tiket untuk memasuki syurga, juga bagi menjauhkan azab api neraka. Kerohanian orang yang bersandar kepada amal sangat lemah, terutamanya mereka yang mencari keuntungan keduniaan dengan amal mereka. Mereka tidak tahan menempuh ujian. Mereka mengharapkan perjalanan hidup mereka sentiasa selesa dan segala-segalanya berjalan menurut apa yang dirancangkan. Apabila sesuatu itu berlaku di luar jangkaan, mereka cepat naik panik dan gelisah. Bala bencana membuat mereka merasakan yang merekalah manusia yang paling malang di atas muka bumi ini. Bila berjaya memperoleh sesuatu kebaikan, mereka merasakan kejayaan itu disebabkan kepandaian dan kebolehan mereka sendiri. Mereka mudah menjadi ego serta suka menyombong.
Apabila rohani seseorang bertambah teguh dia melihat amal itu sebagai jalan untuknya mendekatkan diri dengan Tuhan. Hatinya tidak lagi cenderung kepada faedah duniawi dan ukhrawi tetapi dia berharap untuk mendapatkan kurniaan Allah s.w.t seperti terbuka hijab-hijab yang menutupi hatinya. Orang ini merasakan amalnya yang membawanya kepada Tuhan. Dia sering mengaitkan pencapaiannya dalam bidang kerohanian dengan amal yang banyak dilakukannya seperti berzikir, bersembahyang sunat, berpuasa dan lain-lain. Bila dia tertinggal melakukan sesuatu amal yang biasa dilakukannya atau bila dia tergelincir melakukan kesalahan maka dia berasa dijauhkan oleh Tuhan. Inilah orang yang pada peringkat permulaan mendekatkan dirinya dengan Tuhan melalui amalan tarekat tasauf.
Jadi, ada golongan yang bersandar kepada amal semata-mata dan ada pula golongan yang bersandar kepada Tuhan melalui amal. Kedua-dua golongan tersebut berpegang kepada keberkesanan amal dalam mendapatkan sesuatu. Golongan pertama kuat berpegang kepada amal zahir, iaitu perbuatan zahir yang dinamakan usaha atau ikhtiar. Jika mereka tersalah memilih ikhtiar, hilanglah harapan mereka untuk mendapatkan apa yang mereka hajatkan. Ahli tarekat yang masih diperingkat permulaan pula kuat bersandar kepada amalan batin seperti sembahyang dan berzikir. Jika mereka tertinggal melakukan sesuatu amalan yang biasa mereka lakukan, akan berkurangan harapan mereka untuk mendapatkan anugerah dari Allah s.w.t. Sekiranya mereka tergelincir melakukan dosa, akan putuslah harapan mereka untuk mendapatkan anugerah Allah s.w.t.
Dalam perkara bersandar kepada amal ini, termasuklah juga bersandar kepada ilmu, sama ada ilmu zahir atau ilmu batin. Ilmu zahir adalah ilmu pentadbiran dan pengurusan sesuatu perkara menurut kekuatan akal. Ilmu batin pula adalah ilmu yang menggunakan kekuatan dalaman bagi menyampaikan hajat. Ia termasuklah penggunaan ayat-ayat al-Quran dan jampi. Kebanyakan orang meletakkan keberkesanan kepada ayat, jampi dan usaha, hinggakan mereka lupa kepada Allah s.w.t yang meletakkan keberkesanan kepada tiap sesuatu itu.
Seterusnya, sekiranya Tuhan izinkan, kerohanian seseorang meningkat kepada makam yang lebih tinggi. Nyata di dalam hatinya maksud kalimat:
Tiada daya dan upaya kecuali beserta Allah.
“Padahal Allah yang mencipta kamu dan benda-benda yang kamu perbuat itu!” ( Ayat 96 : Surah as- Saaffaat )
Orang yang di dalam makam ini tidak lagi melihat kepada amalnya, walaupun banyak amal yang dilakukannya namun, hatinya tetap melihat bahawa semua amalan tersebut adalah kurniaan Allah s.w.t kepadanya. Jika tidak kerana taufik dan hidayat dari Allah s.w.t tentu tidak ada amal kebaikan yang dapat dilakukannya. Allah s.w.t berfirman:
“Ini ialah dari limpah kurnia Tuhanku, untuk mengujiku adakah aku bersyukur atau aku tidak mengenangkan nikmat pemberian-Nya. Dan (sebenarnya) sesiapa yang bersyukur maka faedah syukurnya itu hanyalah terpulang kepada dirinya sendiri, dan sesiapa yang tidak bersyukur (maka tidaklah menjadi masalah kepada Allah), kerana sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, lagi Maha Pemurah”.  ( Ayat 40 : Surah an-Naml )
Dan tiadalah kamu berkemahuan (melakukan sesuatu perkara) melainkan dengan cara yang dikehendaki Allah; sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana (mengaturkan sebarang perkara yang dikehendaki-Nya). Ia memasukkan sesiapa yang kehendaki-Nya (menurut aturan yang ditetapkan) ke dalam rahmat-Nya (dengan ditempatkan-Nya di dalam syurga); dan orang-orang yang zalim, Ia menyediakan untuk mereka azab seksa yang tidak terperi sakitnya. ( Ayat 30 & 31 : Surah al-Insaan )
Segala-galanya adalah kurniaan Allah s.w.t dan menjadi milik-Nya. Orang ini melihat kepada takdir yang Allah s.w.t tentukan, tidak terlihat olehnya keberkesanan perbuatan makhluk termasuklah perbuatan dirinya sendiri. Makam ini dinamakan makam ariffin iaitu orang yang mengenal Allah s.w.t. Golongan ini tidak lagi bersandar kepada amal namun, merekalah yang paling kuat mengerjakan amal ibadat.
Orang yang masuk ke dalam lautan takdir, reda dengan segala yang ditentukan Allah s.w.t, akan sentiasa tenang, tidak berdukacita bila kehilangan atau ketiadaan sesuatu. Mereka tidak melihat makhluk sebagai penyebab atau pengeluar kesan.
Di awal perjalanan menuju Allah s.w.t, seseorang itu kuat beramal menurut tuntutan syariat. Dia melihat amalan itu sebagai kenderaan yang boleh membawanya hampir dengan Allah s.w.t. Semakin kuat dia beramal semakin besarlah harapannya untuk berjaya dalam perjalanannya. Apabila dia mencapai satu tahap, pandangan mata hatinya terhadap amal mula berubah. Dia tidak lagi melihat amalan sebagai alat atau penyebab. Pandangannya beralih kepada kurniaan Allah s.w.t. Dia melihat semua amalannya adalah kurniaan Allah s.w.t kepadanya dan kehampirannya dengan Allah s.w.t juga kurniaan-Nya. Seterusnya terbuka hijab yang menutupi dirinya dan dia mengenali dirinya dan mengenali Tuhannya. Dia melihat dirinya sangat lemah, hina, jahil, serba kekurangan dan faqir. Tuhan adalah Maha Kaya, Berkuasa, Mulia, Bijaksana dan Sempurna dalam segala segi. Bila dia sudah mengenali dirinya dan Tuhannya, pandangan mata hatinya tertuju kepada Kudrat dan Iradat Allah s.w.t yang menerajui segala sesuatu dalam alam maya ini. Jadilah dia seorang arif yang sentiasa memandang kepada Allah s.w.t, berserah diri kepada-Nya, bergantung dan berhajat kepada-Nya. Dia hanyalah hamba Allah s.w.t yang 

Mutiara Sayidina Ali bin Abitholib


Sayidina Ali bin Abutholib Karomallahuwajha
            “Tiada Harta yang lebih berharga dari pada akal, Tiada kesendirian yang lebih sepi dari pada keangkuhan diri, tiada kebajikan yang lebih baik dari pada hidup sederhana dan terencana, tidak ada kemuliaan yang lebih tinggi dari pada ketakwaan, Tidak ada kawan karib dari pada keluhuran budi, Tidak ada harta warisan yang lebih besar dari pada pendidikan, tidak ada perdagangan yang lebih menguntungkan dari pada amal sholeh, tiada kekayaan yang lebih baik dari pada kemakmuran hati, dan tiada dukungan yang lebih baik dari pada nasihat yang baik”
            “perhatikan apa yang dikatakan orang, jangan perhatikan siapa yang mengatakan”
            “orang yang sabar pasti mendapatkan kemenangan walaupun tertunda”
            “Takutlah kamu atas perbuatan dosa disaat sendirian, disaat inilah saksimu adalah hakim mu”
            “Sesungguhnya kekayaan yang tinggi nilainya ialah pikiran, kemelaratan yang paling parah ialah kebodohan, Kesepian yang paling menakutkan ialah bangga terhadap diri sendiri, dan keturunan yang paling mulya adalah budi pekerti yang luhur”
            Nilai seseorang sesuai dengan kadar takarannya, ketulusanya sesuai dengan kadar kemanusiaannya, Keberaniannya sesuai dengan kesadaran penolakanya terhadap perbuatan kejahatan, dan kesucian hati nurani sesuai dengan kadar kepekaanya akan kehormatan dirinya”
            “jadilah apa yang akan terjadi sebagai contoh yang akan terjadi sebab segala sesuatu banyak mengandung persamaan”
            “Apabila sesuatu yang tidak kamu senangi tidak terjadi senangilah apa yang terjadi” Nerimo..............
Imam Ghozali
            ”Kecintaan kepada allah melengkapi hati, kecintaan ini membimbing hati dan bahkan merambah kesegala hal”
“Penglihatan yang penuh dengan cinta akan menutupi semua kekurangan, sedangkan penglihatan dengan kebencian menampakan semua keburukan, apabila yang di cintai berbuat satu kesalahan maka beribu-ribu kebaikan akan disebutkan”
Albert Einstein
“Orang yang bejiwa besar akan selalu menghadapi perlawanan hebat dari orang-orang yang berpikir picik”
“Tidak semua yang dapat menghitung dapat dihitung, dan tidak semua yang dapat dihitung dapat menghitung”
            “Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil, tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna”
            “Sungguh sedikit mereka yang melihat dengan mata mereka sendiri dan merasakan dengan hati mereka sendiri”
            “Ilmu agama tanpa ilmu pengetahuan pincang adanya, Ilmu pengetahuan tanpa agama buta adanya”
            “Agama sejati adalah hidup sesungguhnya, hidup dengan sepenuh jiwa seorang, dengan seluruh kebaikan dan kebijakan”

                                               Bediuzzaman Said Nursi
            “Menghidupkan kembali agama berarti menghidupkan suatu bangsa, Hidupnya agama berarti cahaya kehidupan”
            “Kebersamaan dalam suatu masyarakat menghasilkan ketenangan dalam segala kegiatan masyarakat itu, sedangkan saling bermusuhan menyebabkan seluruh kegiatan berhenti”
            “Penderitaan jiwa mengarahkan keburukan, putus asa adalah sumber kesesatan, dan kegelapan hati, pangkal penderitaan jiwa.
Wiliam jemes
“Penemuan Terbesar dari generasi saya adalah bahwa manusia dapat mengubah hidup mereka dengan merubah sikap pikiran mereka”
W.T. Grenfall    
            ”Kegembiraan sejati tidak berasal dari kemudahan yang menyertai kekayaan atau dari puji-pujian tapi dari melakukan sesuatu yang berguna”
William S.Heisay
            “Rasa sakit adalah salah satu rambu-rambu lalulintas dijalan menuju sukses”
William Penn
            ”Mereka yang mencintai tuhan tidak bisa di pisahkan oleh dunia ini dan kematian tidak bisa membunuh apa yang tidak akan pernah mati
Wiliam Edward
            “Jika pada mulanya engkau tidak berhasil, coba dan coba lagi, Engkau pasti bisa bila engkau berfikir engkau pasti bisa
Wiliam Shakes peare
            “Usaha yang telah di mulai dengan baik tidak boleh di tinggalkan hingga tercapai segala kemungkinan
Bunda Teresa
            “Peghargaan duniawi menjadi penting ketika penghargaan tersebut membantunya menolong dunia yang membutuhkan”
NO Name
            “Sagitaru banao oyobaza ga gotashi (Terlalu banyak sama Buruknya dengan terlau sedikit)”
            “Tugas di belakang kita tidak akan pernah sebesar kekuatan di belakang kita”
            “Ketenaran yang diraih Insan-insan ternama tidaklah dicapai dalam sekejap mata”
            ”Setiap detik adalah perjalanan hidup, maka isilah setiap detik yang berdetak dengan kemuliaan yang bermanfaat.”
            “Kegagalan dan kesehatan sesaat merupakan awal dari kesuksesan yang akan datang”
            “Yesterday is history, tomorrow is mystery, to day is gift thet’s way it’s called the present (hari kemarin adalah sejarah, besok adalah misteri, sekarang adalah jalan untuk menuju sukses)”
            ”Usaha dan doa adalah modal utama mencapai kesuksesan kita akan menjadi pemenang jika kita seius memperjuangkan impian kita”
            “Hito no furitme ware ga furinaose (orang bijaksana selalu memperbaiki kesalahan sendiri)”
            “Kooinya no gotoshi (waktu melesat bagaikan anak panah)”
            “Ikutsu ni nate mo manabu kota wa aru monda (Tidak ada Kata terlambat untuk belajar)”
            “Kemauan adalah jalan puncak menuju kemenangan”
            “hari kemaren adalah kemenangan, hari ini kenyataan , hari esok adalah tantangan”
            “Setiap detik adalah desah nafas menuju ajal”
            “Hidup adalah perjuangan suci”
            “Ikitaru kagiri, kurushi ko ta ga aru (seorang akan mengalami kesulitan selama dia masih hidup”
            “Jadikan masa lalu jadi berarti”
            “Goow i ittewa, goon ishitage ( Dimama Bumi berpijak disitu langit di junjung”
            “Saru mo kara ocaru (monyet sekalipun akan pernah jatuh dari pohon)”
            “Taru wa shiru wa tomi ni masaru (kesenangan lebih berharga daripada harta”
            “Hidup adalah seni merangkai tawa dan air mata”
Kahlil Gibran
            “Sebelum memasuki rumah ini lepaskan dulu tradisi tradisimu di luar”
            ”Pikiranlah yang tunduk pada hukum-hukum yang kita buat tapi semangat kita tidak”
            “Fakta adalah kebenaran tanpa di pilih-pilih”
            “Kehidupan adalah apa yang kita lihat dan apa yang kita alami melalui jiwa”
            “Cinta tidak menyadari kedalaman sampai ada saat perpisahan”
            “Nilai manusia itu ditetapkan dari keberanian memikul tanggung jawab, Mencintai hidup dengan bekerja, yang dapat membawanya kepada kegairahan hidup yang paling tersembunyi”
            “Hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti , Kegagalan hari ini bukan berarti kegagalan hari esok”
            “Tidak ada seirang manusia pun dari sejumlah seratus manusia yang dapat berharap mencapai sukses besar dalam hidupnya jika mengabaikan buku-buku. Buku menguasai dunia”
            “Segala sesuatu yang indah dan yang megah dalam dunia ini diciptakan oleh sebuah pikiran serta oleh sebuah gerakan hati”  
            “Hanya memperbaiki masa lalu bukanlah kemajuan, mengambil langkah pasti kedepan, inilah kemajuan”
            “Manusia mencari kehidupan diluar dirinya. Dia tidak sadar bahwa apa yang sedang ia cari ada di dalam dirinya”

Hamka
            “Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh, jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang yang tidak pernah melangkah, jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah yang kedua”
            “Terusterang adalah sifat kesatria, tapi berani surut dari kesalahan dan berani mengakui kesalahannya adalah sifat lebih kesatria lagi”
            “Mengakui kekurangan diri adalah untuk mencapai cita-cita, dan berusaha terus untuk mengisi kekurangan adalah keberanian yang luar biasa”
            “Orang berakal tidaklah berduka hati, karena kedudukan itu tidaklah ada faedahnya, banyak duka menguburkan akal, ia tidaklah memperbaiki perkara yang sudah terjadi, banyak sedih mengurangi akal”
            “Cinta adalah tiang sendi segenap keutamaan di dunia ini, apabila tidak ada cinta, niscaya kiamatlah dunia ini”
DJ Schwartz
            ”Anda bisa maju dan besar bila lebih dulu bisa berfikir dan berjiwa besar”
            “Sikap anda jauh lebih penting dari pada kecerdasan anda”
            “Jika hati dan pikiran sangsi dan tidak percaya, akan muncul alasan-alasan yang membenarkan keraguan itu”
            ”Ingatlah Kalimat ini : Pada hakikatnya semua orang itu baik”
            “Hidup yang berarti adalah serentetan kesulitan dan persoalan yang harus di cari jalan pemecahannya”
            ’’Kepercayaan adalah kekuatan yang menentukan apa yang kita hasilkan dalam hidup ini”
            “Kecemasan membuat orang tidak melihat kesempatan, kecemasan melumpuhkan vasilitas, Kecemasan membuat manusia sakit, menyebabkan kesulitan-kesulitan organis memendekan umur, kecemasan menutup mulut anda ketika anda bicara”
Abah Saggaf bin mahdi bin Syekh Abu bakar bin salim
            “Orang yang baik adalah orang yang merasa cukup dengan sesuatu yang di anugrahkan Allah padanya jangan terlalu rakus pangkat”
Norman V Pealue
            ”Orang yang memiliki keyakinan kuat dan keberanian yang besar sajalah yang mampu melewati perjuangan hidup yang keras dengan kemenangan dan bukan dengan  kekalahan” 
            “Bertahanlah; terus berjalan; jangan pernah berfikir untuk menyerah”
            “Visi mental itu penting, karena, apa jadinya kita nanti erat hubungannya dengan citra diri atau gambaran diri kita”
            “Pikiran paling menyembuhkan didunia adalah pikiran tentang kasih”
            “Masalah adalah tanda kehidupan semakin banyak masalah yang anda miliki, anda akan semakin hidup”
Sayyid Qutub
            “Jika kita merasa memulai perjuangan ini kita akan merasa sempit dada menghadapi kematian kerena perjuangan belum mencapai tujuan, ingatlah, bukan kita yang memulainya dan bukan kita yang mengakhirinya, ia dimulai dari para Nabi hingga akhir Zaman, Kita adalah mata rantai dari suatu perjuangan yang panjang”
             “Apabila kita hidup hanya untuk kita, Hidup akan terasa sangat singkat, berawal dari lahirnya kita dan berakhirnya umur kita yang terbatas tapi jika kita karena hal lain, yaitu hidup karena perjuangan, sesungguhnya hidup ini terasa panjang dan mendalam, berawal dari munculnya manusia dan berakhir dengan hilangnya manusia di bumi”
JP.Vaswani
            “Cara yang paling baik dan paling pasti untuk mengendalikan kemarahan adalah dengan menyadari jati diri
            “Apabila anda menghendaki kebahagiaan kembangkan kasih dalam diri anda”
            “Apabila anda ingin bahagia, berikanlah kebahagiaan kepada orang lain, kebahagiaan yang anda berikan pada orang lain akan kembali kepada anda lagi”
            “Apabila seorang menyakiti anda berdoalah, tuhan, bantulah aku sehingga kejadian ini tidak menyakiti hatiku”
            “Seorang yang penuh pengertian akan selalu mencari kesempatan mengabdi”
Alan Lay
            “Pusatkan perhatian terhadap potensi anda, bukan terhadap keterbatasan diri”
Abei Donnard
            “Dalam percintaan,orang membutuhkan kepercayaan, dalam persahabatan dibutuhkan pengertian”
Agus west pratama
            “Pengalaman hidup membuat kita sadar akan arti hidup sebenarnya dan membuat kita menjadi dewasa”
Anthony robbins
            “Tidak ada kesulitan sejati tanpa penolakan. Semakin banyak penolakan yang dialami, anda akan semakin banyak belajar dan semakin dekat dengan harapan anda”
Arthur rubinstein
            “Saya telah merasakan bahwa jika kita telah mencintai kehidupan, Kehidupan akan membalas mencintai kita”
Alex Carrel
            “Do’a adalah kekuatan yang paling ampuh di dunia ini”
Arthur ashe
            “Dari pada yang kita dapatkan, kita dapat membuat sebuah mata pencaharian, namun apa yang kita berikan dapat membuat sebuah kehidupan”
Abraham lincoln
            ”Berdasarkan pengamatan saya, orang akan menjadi bahagia begitu mereka memperbaiki pikirannya”
Ahmad bin Ismail
            “Memanggilmu ketika kamu bekerja, tidak memaksamu berdandan ketika menghadapinya. Buku dan teman kencan yang tidak menyanjungmu, sahabat yang tidak membujuk rayumu, dia adalah kawan yang tidak membosankan dan penasehat yang tidak mencari-cari kesalahanmu”